Pada suatu hari, ada sepasang kekasih yang saling mencintai
sejak SMA, mereka saling mensupport satu sama lain hingga akhirnya mereka bisa
kuliah di tempat yang sama. Lalu mereka bisa lulus kuliah bareng-bareng dengan
IPK yang terbaik. Namun, setelah lulus mereka harus terpisah karena waktu. Yang
cowok, dia harus melanjutkan kuliah S2 arsitektur di Jerman. Sedangkan yang
perempuan, melanjutkan kuliah designer di Indonesia. Perjalanan itu mereka
tempuh bersama-sama. Hubungan jarak jauh, dengan sesekali si cowok pulang ke
Indonesia di saat liburan musim panas. Mereka bertemu, mengenang masa lalu,
membahas masa kini, semuanya terasa hangat sekali. Sampai begitu seterusnya.
Hubungan mereka lebih romantis dari Romeo-Juliet, lebih setia daripada
kesetiaan Hachiko—kisah si anjing yang terus menunggu di stasiun kereta demi
menunggu majikannya yang sudah meninggal pulang untuk menemuinya.
Namun, pada semester-semester akhir, mereka disibukkan
dengan tugas-tugas yang amat menumpuk dari masing-masing. Keduanya semakin
jarang berkomunikasi. Yang awalnya mereka hampir setiap hari selalu video
call-an, sekarang sekedar menanyai kabar saja sudah jarang, itu pun karena si
cewek yang menyapanya duluan. Semakin hari si cewek semakin bingung apa yang
harus dilakukan, karena ia pun mengalami hal yang sama—diganggu oleh tugas. Si
cowok yang awalnya hampir setiap satu semester sekali pulang, kali ini bahkan
sudah dua semester ia tidak menengok keluarganya; juga dirinya.
Lalu pada suatu siang yang cerah di hari minggu, tiba-tiba
ia di-chat oleh si cowok, yang katanya ingin bertemu di tempat biasa, malam ini; di
café di mana mereka pertama kali melaksanakan dinner. Si cewek pun kaget, si
cowok pulang tapi tidak mengabarkan apapun sebelumnya. Berbeda dari biasanya.
Namun, raga sudah terlanjur senang, segala perasangka buruk pun terbantahkan
secara cuma-cuma.
Malam hari pun tiba, si cewek menggunakan dress terbaiknya.
Dengan gaun berawarna biru, dengan makeup yang elegan, si cewek dengan senang
menyambut baik malam itu, ia merasa menjadi seorang ratu semalam, ia sudah
bersiap-siap sejak siang—dari semenjak si cowok mengabarkan ingin bertemu. Si
cewek pun sampai di café, seperti biasa, meja nomor dua puluh satu adalah meja
yang selalu mereka tempati setiap makan di situ. Jika bukan meja itu, mereka
rela menunggu orang yang menempati meja itu pergi, baru mereka mau makan. Di
tempat sudah terlihat si cowok dengan kemeja hitam dengan rambut klimis. Si
cewek pun datang ke meja tersebut dengan hati yang berdebar-debar, sambil
mengingat-ingat kalau ini adalah kali pertama mereka bertemu kembali setelah
hampir satu setengah tahun lamanya.
Mereka pun bertemu, berpelukan. Air mata tiba-tiba terjatuh
dari pipi si cewek, kebahagiaan yang ia tunggu-tunggu selama ini akhirnya
datang juga.
“Aku kangen banget sama kamu.” Kata si cewek dengan suara yang
tersedu-sedu.
“Iya, aku juga.” Kata si cowok, lalu mengusap air mata yang
ada di pipinya. “Udah dong, kamu jangan nangis, aku jadi ikutan sedih.”
Lanjutnya.
“Kamu kenapa kok pulang nggak ngabarin aku dulu?” Balas si
cewek.
“Sebenarnya, ada yang pengen aku omongin sama kamu.”
“Omongin? Kamu mau omongin apa? Please, jangan yang
aneh-aneh...”
“Kamu sayang kan sama aku?” balas si cowok bertanya.
“Iyalah! Kamu kenapa tiba-tiba ngomong kayak gitu, sih?
Perasaan aku mendadak nggak enak begini.”
“Eeeehh… Jadi, mulai sekarang, kamu harus lupain aku.”
“Lupain? Maksud kamu apa sih? Kamu bercandanya nggak lucu,
tau gak!”
“Maaf, tapi….” Balas si cowok.
“Tapi apa?!” Si Cewek memotong
“Aku… Aku… udah ketemu orang lain. Maaf.”
Si cewek terdiam. Entah apa yang barusan ia dengar. Entah
apa yang harus ia katakan. Tiba-tiba terbayang kenangan manis hubungan yang
telah ia jalani hampir 8 tahun, semuanya menjadi sia-sia. Kenangan itu lebih
pahit dari pare—sayur paling ia benci sampai kini. Lebih sakit daripada saat ia
terjatuh dari motor beberapa hari yang lalu. Si cowok pun pergi tanpa
meninggalkan kata-kata lagi. Si cewek pun membisu.
***
3 tahun kemudian.
Si cewek dengan anak bayi yang baru berusia 4 bulan, tertawa dan mengobrol bersama. Keluarga yang baru saja terbentuk 2 tahun yang lalu. Tepat setahun di saat si cewek sudah berhasil mengutuk si cowok—mantannya itu, sejadi-jadinya. Ia dipinang oleh rekan sekerjanya sendiri dan menjadi keluarga yang harmonis—hingga kini.
Di suatu siang, si cewek lagi buka-buka facebook, ia
menemukan sebuah foto yang dibagikan oleh teman sekampusnya dulu, dengan
beberapa gambar foto si mantan cowoknya itu dengan menggandeng seorang
nenek-nenek tua.
Di statusnya tertulis.
“Salut banget sama teman kampus gue dulu, yang dulu di
kelas paling pinter, paling pendiam, sekarang udah tinggal di Jerman. Bahagia
banget melihat dia menikah dengan seorang nenek yang lumpuh. :)”
Si cewek pun tertegun. Karena selama ini dia benar-benar
mengutuk si cowok tersebut dari hidupnya, dengan cara membuang segala barang
yang berhubungan denga si cowok tersebut. Sampai-sampai, mendengar namanya saja
sudah bisa membuat mood-nya hancur seharian. Si cewek pun tersadar, lalu
cepat-cepat ia logout dari akun facebook-nya tersebut.
Tamat.
0 comments:
Post a Comment