Pacaran sekarang udah dinomor sejutakan oleh sebagian orang,
termasuk gue. Gue udah sekitar 3 tahunan ngejombie, dan so far gue hepi-hepi
aja. Iya, 3 tahun.. Diam lo semua.
Mungkin karena pacaran untuk sebagian orang adalah
kebutuhan, dan bagi sebagian orang lainnya, pacaran hanyalah sebuah keinginan.
Kebutuhan dan keinginan adalah dua hal yang berbeda. Kebutuhan, ketika kita
nggak mempunyai itu, kita bisa meriang seharian. Sedangkan keinginan, walaupun
kita nggak mempunyainya, kita bakal merasa biasa-biasa aja, dan nggak ngefek
apa-apa. Mungkin gue saati ini lagi berada di level ‘keinginan’. Gue ingin, gue
mau, tapi nggak butuh. Mungkin gue bakal mulai pacaran lagi, di saat gue udah
ada di level ‘butuh’.
“Gue butuh pacar nih, biar ada yang nyemangatin hari-hari
gue..”
“Gue butuh pacar nih, buat nemenin hari-hari gue yang
kesepian..”
“Gue butuh pacar nih, tisu dan sabun di rumah gue udah
habis…” maksudnya, nanti bisa pergi belanja bareng beli kebutuhan sehari-hari
di supermarket.
Seperti yang gue tulis di paragraf pertama, gue itu hepi-hepi
aja, mungkin karena perkembangan zaman juga kali, ya. Gue main game, buka
sosial media, ngestalk mantan, udah bisa bikin hari-hari gue keisi. Nggak tau deh
kalo internet itu nggak ada. Itu berarti
cewek—saat ini—kurang bisa bikin gue luluh, yang bisa bikin luluh saat ini mungkin
adalah kuota. Saking karena dibutuhkannya, kuota sekarang udah bisa dimasukkan
ke tiga serangkai, jadi ‘Harta, Tahta, Kuota’.
0 comments:
Post a Comment