Beberapa
hari yang lalu, gue masuk kampus seperti biasa tanpa ada feeling apa-apa. Nggak ada
yang aneh, sampai akhirnya tiba-tiba, di saat kelas belum dimulai, ada seorang temen
dengan muka sedikit pucat, nyamperin gue lalu berkata “Pan, tadi ada yang pura-pura
jadi elo, dan dia nelpon gue buat kirimin pulsa yang 200rb!”
Dahi gue
tiba-tiba mengkerut, ada maksud yang belum bisa gue cerna, “Kok bisa? Maksudnya
gimana?”
“Jadi, ada
yang pura-pura jadi elo, dan dia bilang kalau dia habis ketilang. Terus minta
kirimin pulsa 200 ribu buat ngurusinnya.”
“Kok dia
bisa tau gue itu temen lo?” send.
“Ya makanya
itu, dia bisa tau elo, untungnya gue sempat mastiin dulu buat nelpon si B.”
Jadi,
sebelum gue berangkat ngampus tadi, ada teman yang sengaja nunggu gue buat
bareng alias mau nebeng yang kita sebut saja si B, nah dia itu nunggunya di depan gerbang Citra
Raya. Di situ, si B nunggu berdua sama si C, dan si C itu nunggu tebengan juga,
tapi dari si A, nah si A ini yang diteror dengan orang yang ngaku-ngaku sebagai
gue. Gitu. Bingung ga? Bingung? Sama sih gue juga bingung. Bentar ya, gue minum
paramex dulu…
“Pasti
ketahuan kali kalau dari suaranya itu bukan gue, pasti beda.” kata gue mencoba
memastikan.
“Enggak,
Pan… dari suaranya juga sama kayak suara lo, makanya itu yang bikin gue sempat
bingung.”
Kirain
selama ini cuma nama gue doang yang pasaran, ternyata suara gue itu juga
pasaran. Lama-lama nanti apa lagi yang bakalan pasaran? Muka gue? Besok-besok
mungkin gue bakal ngelihat orang lain di depan muka gue dengan muka yang sama
kayak gue.
Akhirnya
gue menunggu si orang yang pakai identitas gue buat menipu ini sampai akhirnya dia
menelpon si A lagi. Karena katanya, sebelumnya dia udah sekitar dua kali nelpon
lagi, tapi sampai gue tungguin dan jam pelajaran terakhir udah mau habis,
ternyata si pelaku nggak juga nelpon-nelpon lagi sampai sekarang.
Yang jadi
pertanyaan adalah: Apakah orang ini adalah orang dekat yang sengaja ngerjain
gue sama teman gue ini? Apa ini adalah orang dekat yang emang pengen menipu
kami, makanya dia sampai tau gue, dan dia juga tau nomor teman gue ini? Kalau pun
bukan dan dia itu orang asing, kok dia bisa tau gue? Apa cuma kebetulan aja,
atau dia emang udah mengincarnya dari lama? Entahlah, semua pertanyaan itu
masih berakhir dengan tanda tanya sampai sekarang. Intinya sih jangan gampang
percaya sama orang, untung teman gue ini nggak begitu.
Ngomong-ngomong
tentang jangan gampang percaya sama orang, gue pernah dengar cerita dari teman
gue, katanya ada saudaranya yang kena tipu. Jadi modusnya pun sama, sama-sama
menipu lewat telepon dan mengaku sebagai orang yang dikenal. Jadi orang yang
ditipunya ini adalah seorang perempuan, berumur sekitar 23 tahunan. Pada suatu
sore, si perempuan ini ditelpon oleh seorang bapak-bapak yang mengaku kalau dia
melihat anaknya habis kecelakaan, dan sekarang lagi ada di rumah sakit. Dia
dapat nomornya dari handphone si anaknya. Si perempuan yang mendengar kabar itu
pun panik, dia langsung menelpon suaminya bahwa anaknya baru saja kecelakaan,
tapi saat di telepon, respon si suami malah menertawakan istrinya tersebut.
“Kamu kok
malah ketawa sih? Anak kita lagi bahaya lho ini!” si perempuan pun membentak
suaminya tersebut.
“Abisnya kamu lucu.”
“Lucu dari
mana?! Serius.”
“Kan kita
itu belum punya anak, sayang…. Orang nikah aja baru kemarin, ini aja aku masih
pakai baju adat di kantor.”
…..
“Hehe… kamu
nanti pulang mau dimasakin apa?”
“Apa aja,
asal kamu yang masak, pasti bakalan aku makan.”
“Duh… udah
dulu ya, aku mau terbang dulu. Bye…”
0 comments:
Post a Comment