Gara-gara ML
Sekarang lagi zaman-zamannya
permainan game Mobile Legend di Indonesia, hampir setiap orang pasti pernah atau
sedang main ini. Berbeda dengan gue, yang nggak pernah main sama sekali dan
bahkan gue nggak mau tau gimana cara mainnya. Karena gue nggak mau kecanduan lagi. Kebodohan kecanduan game itu udah
cukup gue rasain sekali aja, waktu lagi ngetrendnya game COC di hp beberapa
tahun yang lalu. Pas gue main COC, gue seakan-akan dimainkan oleh game, bukan
gue yang mempermainkan game.
Pernah
waktu itu lagi kerja, pas di sela-sela istirahat, gue bakalan buka game COC buat
ikutan attack musuh yang tinggal
beberapa jam lagi bakalan habis waktu war-nya, yang kalau sampai kelewat waktu
yang udah ditetapkan, gue bakalan nggak ikut war dan bakalan diomelin sama
ketua war-nya. Gue pernah sampai rela berhenti dan
turun dari motor ketika lagi di jalan, sesaat gue ingat kalau gue belum attack war. Gue rela sampai nyari-nyari wi-fi cuma buat attack war, karena di rumah sinyal lagi jelek. Jadi, dalam game Mobile Legend ini, bukannya gue nggak tertarik buat ikutan mainan, tetapi gue lebih memilih buat nggak mainan daripada nanti gue kecanduan.
turun dari motor ketika lagi di jalan, sesaat gue ingat kalau gue belum attack war. Gue rela sampai nyari-nyari wi-fi cuma buat attack war, karena di rumah sinyal lagi jelek. Jadi, dalam game Mobile Legend ini, bukannya gue nggak tertarik buat ikutan mainan, tetapi gue lebih memilih buat nggak mainan daripada nanti gue kecanduan.
Setiap
gue kumpul sama teman-teman kerja, pasti cuma gue dan Eko, yang jadi dua orang
yang nggak pernah nimbrung sama yang lain buat main game itu. Sepanjang ngumpul sama teman, kami
berdua cuma pelanga-pelongo aja ngeliatin mereka main. Kami berdua jadi sering
ngobrol, saking seringnya kami berdua doang yang ngobrol pas kumpul, lama-lama gue takut kalau dia itu sampai suka sama gue.
“Lu
nggak ikut main Mobile Legend, Ko?” tanya gue.
“Nggak,
Pan, nggak ngerti cara mainnya,” kata Eko, lalu menghisap sebatang rokok di tangannya.
“Kalau
lu udah main juga pasti bakalan ngerti kok gimana mainnya,” balas gue, lalu
menghisap masker oksigen.
“Iya,
sih, tetapi gue nggak tertarik buat mainnya,” jawab Eko, tidak lama kemudian lalu menenggak kopi
yang masih berasap di depannya itu."Kalau anak-anak lagi pada main di kosan aja,
yang lain mah pada main ML, gue mending tidur. Enak.”
“Iya
juga, sih,” lalu gue menyesap susu kotak yang sebelumnya gue beli, “Waktu jadi lebih
bermanfaat.”
Bahkan
itu terjadi bukan hanya pada teman-teman gue, bahkan si Rizki, adik gue, juga
kecanduan main Mobil Legend. Semenjak dia dibeliin handphone, ditambah lagi sekarang
di rumah udah dipasang wi-fi, dia jadi main ML terus-terusan di rumah. Kadang
sampai lupa makan, shalat pun suka telat, dan sering tidur malam karena main
game itu. Bahkan nggak jarang juga dia marah-marah sendiri ketika dia lagi kalah
main game itu.
“Ah,
bego!!” teriak Rizki dari kamar.
“Lu
kenapa, sih?!” teriak gue dari luar, sesaat setelah gue pause film yang lagi gue tonton. “Dibikin gila lu sama game!”
Adik
gue nggak menjawab. Di rumah, walaupun gue sama dia kakak-adik, tetapi gue
sama dia nggak ada manis-manisnya kayak di film-film, atau kayak orang lain
pada umumnya. Di mana bisa bercanda dan ketawa-ketawa, gue sama dia bercanda
seadanya aja. Bahkan bisa dibilang nggak ada bercanda yang seru banget.
Panggilannya yang kami pakai pun pakai kata gue-elu.
“KOK
GINI SIH? KENAPA ENDINGNYA MEREKA NGGAK NIKAH? KENAPA?!!!” tanpa gue sadari,
kata-kata itu keluar dari mulut gue. Mata gue mendadak berair.
“Nonton
begituan aja nangis, dibikin gila lu sama film!” terdengar suara dari kamar.
“Kampret!”
Bahkan,
nggak jarang pula gue mendengar keluhan-keluhan orang lain tentang Mobile legend
ini dari orang-orang terdekatnya. Beberapa hari yang lalu, gue baca di twitter,
ada seorang owner cafe yang terpaksa membanting handphone karyawannya yang main
Mobil Legend terus sampai-sampai mengabaikan pelanggan yang menunggunya dari
tadi. Hukuman itu terpaksa dia lakuin karena itu bukan pertama kalinya dia
memergokinya, tetapi sebelumnya sudah pernah diperingatkan, juga diancam kalau
sampai mengabaikan pelanggannya lagi, dia nggak bakalan segan buat membanting
handphone-nya.
Dengan
adanya Mobile Legend ini, yang bisa bikin orang antipati sama orang-orang yang
ada di sekitarnya, mungkin kedepannya perusahaan-perusahaan harus mewajibkan
kepada para pelamarnya yang tidak main Mobile Legend ini sebagai salah satu
persayaratan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Kalau perlu, taruh di surat
lamaran kerjanya, tepat di kolom kelebihan. Kalau perlu, pakai materai dan
ditandatangani sekalian.