WHAT'S NEW?
Loading...

Gara-gara ML


Sekarang lagi zaman-zamannya permainan game Mobile Legend di Indonesia, hampir setiap orang pasti pernah atau sedang main ini. Berbeda dengan gue, yang nggak pernah main sama sekali dan bahkan gue nggak mau tau gimana cara mainnya. Karena gue nggak mau kecanduan lagi. Kebodohan kecanduan game itu udah cukup gue rasain sekali aja, waktu lagi ngetrendnya game COC di hp beberapa tahun yang lalu. Pas gue main COC, gue seakan-akan dimainkan oleh game, bukan gue yang mempermainkan game.


                Pernah waktu itu lagi kerja, pas di sela-sela istirahat, gue bakalan buka game COC buat ikutan attack musuh yang tinggal beberapa jam lagi bakalan habis waktu war-nya, yang kalau sampai kelewat waktu yang udah ditetapkan, gue bakalan nggak ikut war dan bakalan diomelin sama ketua war-nya. Gue pernah sampai rela berhenti dan
turun dari motor ketika lagi di jalan, sesaat gue ingat kalau gue belum attack war. Gue rela sampai nyari-nyari wi-fi cuma buat attack war, karena di rumah sinyal lagi jelek. Jadi, dalam game Mobile Legend ini, bukannya gue nggak tertarik buat ikutan mainan, tetapi gue lebih memilih buat nggak mainan daripada nanti gue kecanduan.
                Setiap gue kumpul sama teman-teman kerja, pasti cuma gue dan Eko, yang jadi dua orang yang nggak pernah nimbrung sama yang lain buat main game itu. Sepanjang ngumpul sama teman, kami berdua cuma pelanga-pelongo aja ngeliatin mereka main. Kami berdua jadi sering ngobrol, saking seringnya kami berdua doang yang ngobrol pas kumpul, lama-lama gue takut kalau dia itu sampai suka sama gue.
                “Lu nggak ikut main Mobile Legend, Ko?” tanya gue.
                “Nggak, Pan, nggak ngerti cara mainnya,” kata Eko, lalu menghisap sebatang rokok di tangannya.
                “Kalau lu udah main juga pasti bakalan ngerti kok gimana mainnya,” balas gue, lalu menghisap masker oksigen.
                “Iya, sih, tetapi gue nggak tertarik buat mainnya,” jawab Eko, tidak lama kemudian lalu menenggak kopi yang masih berasap di depannya itu."Kalau anak-anak lagi pada main di kosan aja, yang lain mah pada main ML, gue mending tidur. Enak.”
                “Iya juga, sih,” lalu gue menyesap susu kotak yang sebelumnya gue beli,  “Waktu jadi lebih bermanfaat.”
                Bahkan itu terjadi bukan hanya pada teman-teman gue, bahkan si Rizki, adik gue, juga kecanduan main Mobil Legend. Semenjak dia dibeliin handphone, ditambah lagi sekarang di rumah udah dipasang wi-fi, dia jadi main ML terus-terusan di rumah. Kadang sampai lupa makan, shalat pun suka telat, dan sering tidur malam karena main game itu. Bahkan nggak jarang juga dia marah-marah sendiri ketika dia lagi kalah main game itu.
                “Ah, bego!!” teriak Rizki dari kamar.
                “Lu kenapa, sih?!” teriak gue dari luar, sesaat setelah gue pause film yang lagi gue tonton. “Dibikin gila lu sama game!”
                Adik gue nggak menjawab. Di rumah, walaupun gue sama dia kakak-adik, tetapi gue sama dia nggak ada manis-manisnya kayak di film-film, atau kayak orang lain pada umumnya. Di mana bisa bercanda dan ketawa-ketawa, gue sama dia bercanda seadanya aja. Bahkan bisa dibilang nggak ada bercanda yang seru banget. Panggilannya yang kami pakai pun pakai kata gue-elu.
                “KOK GINI SIH? KENAPA ENDINGNYA MEREKA NGGAK NIKAH? KENAPA?!!!” tanpa gue sadari, kata-kata itu keluar dari mulut gue. Mata gue mendadak berair.
                “Nonton begituan aja nangis, dibikin gila lu sama film!” terdengar suara dari kamar.
                “Kampret!”
                Bahkan, nggak jarang pula gue mendengar keluhan-keluhan orang lain tentang Mobile legend ini dari orang-orang terdekatnya. Beberapa hari yang lalu, gue baca di twitter, ada seorang owner cafe yang terpaksa membanting handphone karyawannya yang main Mobil Legend terus sampai-sampai mengabaikan pelanggan yang menunggunya dari tadi. Hukuman itu terpaksa dia lakuin karena itu bukan pertama kalinya dia memergokinya, tetapi sebelumnya sudah pernah diperingatkan, juga diancam kalau sampai mengabaikan pelanggannya lagi, dia nggak bakalan segan buat membanting handphone-nya.
                Dengan adanya Mobile Legend ini, yang bisa bikin orang antipati sama orang-orang yang ada di sekitarnya, mungkin kedepannya perusahaan-perusahaan harus mewajibkan kepada para pelamarnya yang tidak main Mobile Legend ini sebagai salah satu persayaratan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Kalau perlu, taruh di surat lamaran kerjanya, tepat di kolom kelebihan. Kalau perlu, pakai materai dan ditandatangani sekalian.